Seorang netizen menulis kultwit membandingkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyumbang 55 ekor sapi untuk dikurbankan dalam Idul Adha tahun 2016 dengan Gabener DKI Jakarta Anies Baswedan yang hanya menyerahkan kurban satu ekor sapi di Masjid Fatahillah, Balai Kota DKI Jakarta, Minggu (11/8).
Begini isi kultwit tersebut:
“Sebenarnya tidak ada niat saya untuk membandingkan kedua orang ini, karena kedua orang ini tidak bisa dibandingkan. Ahok pernah jadi jagoan di Jakarta, sedangkan Anies pecundang,” ujar pemilik akun twitter
@salafi_otw.
“Yang satu dielu-elukan, yang itu dimarah-marahi. Yang satu membangun kota, yang satu membangun bambu yang akhirnya jadi sampah.“
“Untuk membandingkan kedua kepercayaan orang ini juga, rasanya tidak perlu. Mengapa? Bicara kepercayaan itu bebas-bebas saja. Itu hak orang untuk memeluk agama masing-masing dan percaya kepada Tuhan yang ada. Jadi jika saya membandingkan kepercayaan, ya buat apa? Percuma.”
“Tapi penulis sedang ingin membahas mengenai perbandingan kedua orang ini dari segi etika, dengan biaya operasional dan uang-uang yang mereka dapatkan selama menjabat menjadi gubernur.“
“Mereka sama-sama mendapatkan sejumlah nominal uang yang sebelas duabelas sebagai gubernur DKI Jakarta. Ya kalau beda, itu hanya sedikit. Anggap saja beda di inflasi.“
“Uniknya, dengan nominal uang operasional yang sama, mengapa Ahok bisa menyumbang 55 hewan kurban, sedangkan si Anies hanya menyumbang satu hewan? Kan aneh? Padahal selama kampanye ia mengatakan keberpihakan, keberpihakan dan keberpihakan.”
“Apa mungkin nominal Anies lebih tinggi karena jatah wagub dikunyah juga sama ini gabener? Ya silakan beritahu saya untuk alokasi gaji wagub yang kosong sampai sekarang.”
“Jika kita melihat fakta kedua berita antara Ahok sumbang 55 sapi dan Anies sumbang , kita tidak usah berspekulasi terlalu jauh, seperti mengenai kadar iman, kadar otak, dan kadar gurun mereka. Eh…? Kadar gurun? Maksudnya opo toh? Ya jangan bawa-bawa SARA di sini.“
“Yang ingin saya angkat untuk jadi bahan pemikiran kita saat ini adalah uang. Masalah uang itu sifatnya universal. Melihat uang, kita bisa mengesampingkan suku, agama, ras dan antargolongan. Tapi saya juga akan mengaitkan sedikit mengenai hal yang bersifat berketuhanan.”
“Uang berkait erat dengan etika. Bicara uang, kita murni bicara etika dan kemanusiaan. Dengan nominal uang yang tidak terlalu berbeda, di manakah kemanusiaan dan etika Ahok dalam berkurban? Ada di 55 hewan kurban itu.“
“Sedangkan jika kita bertanya di mana etika Anies dalam berkurban? Ya jawabannya mirip. Ada di 1 sapi Limosin itu. Pemberi 1 hewan itu, tentu dicitrakan juga dengan sukarela, karena Anies mungkin ingin pencitraan? Ya hanya Anies yang tahu.”
“Jika kita lihat bahwa uang sebagai alat tukar cinta, Ahok jauh lebih bisa menggunakan uang itu, untuk menyatakan cintanya kepada rakyat Jakarta.”
“Maka, dari sini penulis ingin mengingatkan bahwa ternyata di Jakarta, pernah ada orang yang katanya etikanya buruk, ternyata memberikan 55 sapi kurban, untuk mereka yang memilihnya, juga yang tidak memilihnya.“
“Itulah cinta. Tanpa pandang bulu. Tuhan tidak lihat muka. Dan Tuhan semacam itulah yang ditiru oleh Ahok. Sampai saat ini.“
MelekPolitik.com